![]() |
Belajar juga dapat menyebabkan stres, sayangnya hal ini sering terabaikan. |
Apabila kita merasa kita tidak mampu menghadapi situasi ini, dilihat "ancaman". Sebaliknya, apabila kita merasa mampu menghadapinya, kita cenderung melihatnya sebagai "tantangan". Apa bedanya? "Ancaman" yang dimaksudkan adalah ancaman seolah-olah "berakhirlah sudah perjalanan ini". Kita merasa tidak ada lagi yang dapat dilakukan dan pasrah saja. Jika kita memandangnya sebagai "tantangan", tentu kita lebih semangat untuk mencari solusinya. Ketika kita merasa sebuah situasi adalah ancaman bagi kita, kita cenderung mengalami yang namanya stres. Stres ini memiliki berbagai gejala. Dapat berupa gejala emosi, seperti cemas misalnya. Atau jika sudah parah, dapat berdampak pada fisik, contohnya merasa sakit perut setiap kali melihat buku pelajaran untuk ujian. Kalau orang-orang yang tidak mengerti stres itu seperti apa mungkin mengatakan, "ahhh, alasan! tiap kali belajar pasti bilangnya sakit perut. bialng aja pengen maen...."
Stres itu sebenarnya tidak hanya respon secara psikologis, tetapi juga respon fisik. Ketika stres, detak jantung dapat berdetak lebih cepat, akibatnya sistem-sistem dalam tubuh juga terpengaruh. Kita pilih satu contoh, sistem limbik. Sistem ini berperan dalam emosi kita. Jika stres memengaruhi sistem ini, cara kita bereaksi terhadap situasi pun akan berubah. Kita bisa menjadi pendiam, bisa menjadi pemarah, menjadi agresif, dan lain-lain. Sistem pencernaan juga terpengaruh. Produksi asam lambung pun meningkat jika kita stres, itulah sebabnya kita dapat merasa sakit perut ketika melihat buku pelajaran, bukan alasan untuk melarikan diri dari belajar bukan???
Alangkah baiknya jika kita mampu mendeteksi gejala-gejala ini selama kita sedang mempersiapkan diri untuk ujian. Sebenarnya terdapat dua opsi secara umum untuk solusinya, ingin mengatasi masalahnya langsung atau mengatur emosi terlebih dahulu? Keduanya sama-sama bagus dan memiliki pengaruh positif tersendiri. Ketika keduanya digabung, hasilnya tentu lebih memuaskan. Misalnya, pertama-tama kita mencoba membuat suasana hati kita senang dengan meninggalkan buku dan melakukan hobi. Saat kita merasa sudah cukup puas melakukan hobi, baru coba menangani masalahnya (belajar untuk ujian). Hasilnya, saat kita belajar kita merasa senang dan materi-materi yang dipelajari pun terasa lebih mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar