Kamis, 01 Agustus 2013

Something About Teamwork

Kerja kelompok tidak hanya sekadar membagi tugas, melaksanakannya, dan menggabungkannya. Itulah hal yang dipelajari oleh teman kita yang bernama AL. AL pernah mendapat tugas presentasi kelompok saat SMA, tetapi dia tidak merasakan adanya kesan positif dari apa yang dikerjakannya dalam kelompok ini. Ia mulai memandang dirinya tidak mampu melakukan apapun dalam hal presentasi. Hal itu menjadi berbeda ketika ia menjalani kuliah. AL merasakan suasana yang berbeda dalam kelompoknya, bahkan ia mulai memandang dirinya secara positif dalam kelompok tersebut. Apa yang terjadi pada AL? Apa faktor dalam kelompok yang mampu mengubah pandangan terhadap dirinya sendiri?

     Momen-momen presentasi selalu menjadi momen menyebalkan bagi AL selama SMA. Kelompok AL memiliki perlakuan yang "berbeda" terhadap anggotanya. Ketika mendapat tugas, hanya satu orang yang diberikan tugas untuk mengerjakan file presentasi. Apa yang dilakukan oleh teman-teman lainnya? Hanya menunggu sampai file itu selesai dan mempresentasikan bahan yang tidak mereka kerjakan. Apabila ada sesuatu yang kurang memuaskan bagi mereka, tanpa segan mereka berkomentar pada AL. "Uda pada ga kerja, yang ada komen melulu.... (pikir AL)" Harinya presentasi, AL tidak mampu menjelaskan materi yang dibuatnya, tetapi teman-temannya cukup membaca satu kali dan mereka sudah bisa menjelaskan. Guru hanya berkomentar, "Slide itu bukannya dibaca, tapi dijelaskan..." AL yang masih SMA dan tidak pernah diajarkan bagaimana menjelaskan materi presentasi hanya dapat melanjutkan apa yang dapat dilakukannya dengan mengesampingkan pendapat tersebut.

     Sejak saat itu, AL tidak pernah suka dengan kerja kelompok. AL merasa heran, teman-teman lainnya begitu antusias terhadap kerja kelompok. "Apa sih yang menyenangkan dalam kerja kelompok? Ujung-ujungnya juga disuru kerja kayak waktu itu terus dikomenin ga enak juga..." Tanpa sengaja AL telah mengaitkan fenomena kerja kelompok dengan sesuatu yang tidak menyenangkan karena hanya hasil yang dilihat. Selain itu, ia juga merasa dirinya tidak dapat melakukan apapun sejak komentar-komentar itu diberikan padanya. Hal tersebut tertanam dalam pikirannya. Saat itu, ia memandang guru dan teman-temannya hanya melihat sesuatu berdasarkan hasilnya, bukan prosesnya. AL mempertanyakan, "Gimana sih caranya presentasi yang dibilang bagus? Mereka cuman bisa komentar, tapi kok mereka dibilang bagus, bikin materi aja nggak. Menjelaskan... Membaca slide... Menjelaskan seperti apa yang dia maksud?" Semakin ia bertanya, justru ia semakin tegang saat kerja kelompok dan presentasi. Apakah bagus tidaknya kinerja selalu ditentukan dari hasilnya saja?

      Hasil kerja hampir selalu menjadi patokan utama dalam sebuah kelompok. Sebenarnya apa yang membuat hasil kerja begitu penting? Bukankah prosesnya yang lebih penting? Proses yang lebih diutamakan tentu proses yang dapat membuahkan hasil yang diharapkan atau hasil yang melebihi ekspektasi. Seringkali proses yang memberikan kegagalan itu terlupakan. Jangan keliru dulu, dari kegagalan itulah keberhasilan berasal. Kelihatannya memang selalu hasil yang disorot, tetapi pertanyaan "bagaimana bisa gagal?" selalu muncul dari seseorang yang mengalami kegagalan. Seperti halnya AL, ia terus bertanya apa yang membuatnya tidak berhasil dalam presentasi kelompok. Ia baru menemukan jawabannya ketika kuliah. Setiap ia mengalami kegagalan ia mencoba mendiskusikan kegagalan itu dengan teman-temannya sampai menemukan jawabannya. Di satu sisi ia memang belum menemukan apa yang disukainya dalam kerja kelompok, tetapi ia hanya berusaha mejawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

     Tugas presentasi kelompok muncul kembali dalam hari-hari AL, lagi-lagi ia mendapatkan tugas yang sama. Ia hanya berguman dalam kelompoknya dengan ekspresi tidak suka dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, seorang teman langsung membagi materi dan menunjuk salah seorang koordinator yang akan menyatukan materi-materi itu. AL terkejut, dalam sekejap ia merasakan suasana berbeda dalam kelompoknya yang sekarang dibandingkan kelompok SMA. Selama bekerja pun, ia sering diberikan pertanyaan terkait materi oleh teman-temannya. AL yang tadinya merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya mulai memperoleh kepercayaan dirinya kembali. Awalnya ia berusaha menghindar dari pertanyaan itu, tetapi tidak hanya teman ini saja yang bertanya, tetapi semuanya. Mau tidak mau, ia harus berusaha menjawabnya terlepas jawaban itu memuaskan atau tidak.

     Suasana berbeda itu kembali dirasakannya ketika pekerjaannya selesai. Ia tidak hanya menerima komentar negatif, tetapi ia juga memperoleh masukan bagaimana memperbaiki kesalahannya, baik dalam hal pembuatan makalahnya atau pada saat presentasi. AL merasa senang dengan hal tersebut. Dari pribadi yang tidak suka dikritik seperti sebelumnya, menjadi lebih tangguh ketika menghadapi kritikan. Berkat kelompok ini, AL pun menjadi lebih tajam dalam mengoreksi performanya sendiri dalam kelompok. Kompetensi itu perlahan-lahan semakin tampak oleh teman-temannya. Akhirnya hampir selalu AL diminta menjadi koordinator makalah presentasi dan dimintai pendapat mengenai presentasi seorang teman.

     AL melihat bahwa pekerjaan itu tidak seharusnya ditanggung secara individual. Ada kalanya pekerjaan itu didistribusikan dalam kelompok menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Tugas yang besar membuat seseorang merasa itu sangatlah berat dan melebihi kemampuan, sehingga menimbulkan stres yang lebih besar. Akan menjadi berbeda jika pekerjaan itu dipecah menjadi unit-unit yang lebih kecil yang akan ditanggung bersama. Setiap anggota kelompok akan merasa memiliki tanggung jawab atas materinya dan merasa berkontribusi pada kelompoknya. Di dalam kelompok yang terpenting bukanlah lagi siapa yang lebih mampu, siapakah yang tidak mampu. Hal yang menentukan bagaimana kelompok itu dapat produktif adalah kerja sama antar anggota tim itu sendiri (teamwork). Apabila masing-masing anggota hanya bertindak individual, tujuan kelompok tidak akan tercapai. Setiap anggota mengerjakan pekerjaan masing-masing dan memiliki tujuan yang sama dalam kelompok, maka performa kelompok itu akan menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar