Minggu, 29 Juni 2014

Skripsweet

Selama mengerjakan skripsi, para mahasiswa termasuk saya sering mengeluh sakit kepala, tertekan, bingung, dan lain-lain. Ada pula mahasiswa yang sangat antusias selama mengerjakan skripsi. Waktu dalam satu hari selalu dipersembahkan sepenuhnya untuk mengerjakan skripsi. Namun, mahasiswa itu mempunyai ciri khas tersendiri. Mahasiswa pertama hobinya mengubah-ubah judul, mengatakan penelitiannya belum sempurna. Mahasiswa lainnya rajin bimbingan, dalam satu minggu mungkin sempat melakukan tiga kali bimbingan. Dosen pembimbing pun ada yang mengeluh karena progres mahasiswanya belum terlihat dan tetap membimbing dengan sepenuh hati. Kalau berbicara mengenai skripsi, beribu-ribu kesan akan muncul, so sweet, skripsweet....

     Secara umum, penelitian skripsi kali ini dilakukan dengan salah satu metode, antara kuantitatif atau kualitatif. Penelitian kuantitatif umumnya memerlukan alat ukur (umumnya). Sedangkan penelitian kualitatif memerlukan metode observasi/wawancara (pada umumnya). Kesan-kesan para mahasiswa yang memilihnya pun beragam. Mahasiswa yang memilih metode kuantitatif mengeluh pusing mencari subyeknya, karena perlu banyak subyek. Ada pula yang bingung karena belum menemukan alat ukur yang tepat. Berbeda dengan mahasiswa yang memilih metode kualitatif. Mereka kesulitan dalam mencari subyek karena kriterianya sangat spesifik, misalnya mencari individu dengan kondisi khusus. Kedua metode itu pun dapat dikombinasikan menjadi kuantitatif-kualitatif. Kesannya pun berbeda dengan satu metode saja. Mahasiswa yang memilihnya terkadang mengalami kesulitan karena perlu mencari subyek tambahan, datanya kurang beragam untuk melakukan pemilihan subyek wawancara, dan lain-lain.

     Kalau dipikir-pikir, penelitian itu sulit ya? Tidak hanya teknik yang diutamakan dalam penelitian, tetapi kemampuan analisis, penulisan, tata bahasa, dan alur berpikir juga diperlukan dalam pembuatan laporannya. Ujian untuk mahasiswa Strata 1 bukan ujian negara atau ujian teori/praktik seperti di sekolah, tetapi presentasi penelitian skripsi. Hal-hal yang sudah dipelajari sejak semester 1 sampai proses penyusunan skripsi akan dinilai pada saat sidang. Tidak mengherankan lagi kalau mahasiswa panik, cemas, berkeringat dingin, dan gugup pada saat akan sidang. Namun, hal-hal yang sebenarnya sudah pernah dipelajari menjadi landasan selama mengerjakan skripsi. Kita mengerti teori seperti apa yang diperlukan dalam penelitian kita. Kita mengetahui bagaimana cara membuat analisis berdasarkan kasus yang ditemukan di lapangan. Masih banyak lagi manfaat yang sebenarnya dapat diperoleh selama mengerjakan skripsi.

   Selama mengerjakan skripsi, tidak hanya kompetensi melakukan penelitian saja yang dapat diperoleh, tetapi kita juga dapat belajar dari kenyataan di lapangan. Hal yang dipelajari di kelas belum tentu sama dengan kenyataan yang terjadi. Itulah yang perlu dicari tahu penyebabnya dalam sebuah penelitian. Tidak hanya menganalisis hal yang memang sama dengan yang kita pelajari, tetapi kita juga menganalisis perbedaannya dengan teori. Baik penggunaan metode kuantitatif maupun kualitatif, keduanya sama-sama memiliki manfaat tersendiri. Kompetensi yang terasah pun akan berbeda. Misalnya, mahasiswa akan terlatih menggunakan alat ukur dan mengolah data berupa angka (kuantitatif) dan menginterpretasikannya atau terlatih untuk melakukan observasi/wawancara dan analisis mendalam (kualitatif).

   Kompetensi-kompetensi tersebut akan diuji pada saat sidang. Kalau kita sendiri yang melakukannya tanpa terus meminta jasa orang lain untuk mengerjakan skripsi, kita pun memahami karya penelitian kita sendiri. Saat mempresentasikannya pun kita sebagai peneliti yang berbicara. Kita berbicara berdasarkan penelitian kita yang sudah berhasil dilaksanakan dalam kurun waktu yang terbatas. Melakukan penelitian bukan sesuatu yang dapat diprediksi waktu selesainya, tergantung dari seberapa realistisnya topik penelitian, waktu yang diperlukan untuk mencari subyek, dan berbagai hal yang dapat memengaruhinya. Menyelesaikan penelitian dan laporannya dalam waktu yang ditentukan bukan sesuatu yang mudah. Mahasiswa yang berhasil menyelesaikan keduanya dalam proses bimbingan dalam kurun waktu tertentu tentu saja dapat dikatakan sebagai sebuah prestasi.

Minggu, 09 Maret 2014

Faktor X

Mungkin satu fenomena ini sering terjadi, baik itu berkaitan dengan diri kita sendiri atau orang-orang di sekitar kita. Kalau namanya sudah deadline biasanya orang-orang sibuk mengerjakan tugas A, B, dan C. Sampai-sampai kepanikan mereka memuncak dan mudah sekali marah kalau diganggu. Lupa satu hal kecil saja, marahnya kemana-mana. Tidak jarang pula mereka hanya memikirkan kerja, kerja, kerja, SKS (Sistem Kebut Semalam). Ada versi lainnya lagi selain deadline, contohnya seseornag yang terlalu bersemangat untuk mengerjakan sesuatu dan ingin pekerjaannya cepat selesai. Orang-ornag seperti ini juga cenderung memaksakan dirinya sesuai yang diinginkan. Mungkin saja dia terus bekerja tanpa henti alias nonstop. Meskipun badai menghadang (sulit konsentrasi, mengantuk, lelah, dan lain-lain), pekerjaan tetap diutamakan sampai dia melupakan waktu untuk istirahat. Apa sih pentingnya istirahat? Apakah istirahat akan mengganggu performa kita selama bekerja?

     Asyik-asyiknya bekerja dapat membuat seseorang cenderung melupakan faktor X seperti kondisi fisik, pikiran, dan suasana hati (mood). Dia tidak sadar jika ternyata performanya dalam kondisi tertekan itu dapat menurun akibat faktor-faktor lain tersebut. Sederhana saja, Anda bayangkan selama Anda bekerja dalam kondisi yang tidak terlalu besar tuntutannya (tekanan), bagaimana rasanya? Berbeda halnya ketika tekanan itu terlalu besar, akhirnya kita cenderung memaksakan tubuh/pikiran untuk berfokus pada pekerjaan tersebut. Keesokan harinya, merasa masih sangat lelah dan ingin tetap berada di ranjang empuk dengan dinginnya AC yang terus menggoda agar kita tidur lagi. Maaf, Anda kurang beruntung, jam 7 pagi Anda sudah harus mengerjakan hal lainnya...

     Khusus untuk hari itu dan beberapa hari ke depan mungkin Anda masih bisa memaksakan bangun dan kembali beraktivitas. Saat itu belum terpikirkan bahwa ini sebenarnya kurang baik bagi kesehatan. Malam hari adalah waktu bagi tubuh untuk istirahat, tetapi apabila terus dipaksakan bekerja terlalu keras, akhirnya pemulihan ini akan melambat dan kurang sempurna. Apalagi kalau tidak tidur nyenyak selama beberapa hari, bukan hanya pikiran yang kurang fokus atau menurunnya performa serta daya tahan tubuh, tetapi kondisi itu juga membuat kita malas beraktivitas. Yang ada di pikiran hanya, "Kapan penderitaan ini akan berakhir?" Ada di antara mereka yang terus bekerja di depan komputer berhari-hari, bisa dikatakan proporsi waktu kerja jauh lebih besar daripada waktu istirahat. Akhirnya punggungnya sakit, kepala pusing, sudah bosan dengan pekerjaannya sendiri.

     Kalau sudah benar-benar bosan seperti itu dan tidak sanggup, mungkin saja adegan berikutnya meminta ornag lain menggantikannya dalam bekerja atau tetap memaksa untuk bekerja. Kerja sih kerja, tapi terus mengeluh, mengeluh, dan mengeluh, alias Butuh Tatih Tayang.. (minta dikasihani, minta keringanan, minta diperhatikan, dan lain-lain). Berbeda halnya kalau msialnya dia dapat bekerja secara stabil. Dari tujuan yang besar dibagi ke dalam beberapa tujuan kecil sehingga lebih mudah dicapai. Selain itu, pembagian waktu kerja juga lebih mudah, misalnya untuk hari Senin target A harus tercapai, hari Selasa target B, dan seterusnya, Ketika satu target selesai, perjalanan mencapai tujuan semakin dekat. Hasilnya, dia semakin bergairah untuk cepat menyelesaikan pekerjaannya yang hanya dalam hitungan hari.
www.yourlifebalancecoach.com
     Selain cara tersebut efektif dalam hal pekerjaan, secara fisik juga akan lebih sehat. Waktu kerja dan waktu istirahat relatif seimbang, sehingga ada waktu untuk mengistirahatkan pikiran. Ketika kembali bekerja, berpikir dengan pikiran yang jernih dan lebih kreatif tidak sesulit sebelumnya. Suasana hatinya pun lebih terkendali, tidak hanya ingin bermalas-malasan saja seperti contoh ornag yang kurang tidur tergoda empuknya ranjang dan dinginnya AC. Tentunya setiap orang memiliki siasat tersendiri dalam bekerja. Ada orang yang selalu ingin menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu supaya tidak stres (katanya), ada pula yang mengimbangi waktu kerja dan istirahat, Tipe manakah Anda?

Kamis, 30 Januari 2014

Kisah Si Remot di Malam Imlek 2014

Bunyi "dor!" di malam imlek bukan sesuatu yang asing lagi, sekaligus surprise disertai banyak warna-warni kembang api yang keren. Bahkan untuk malam pergantian taun dan imlek sendiri kembang api merupakan sesuatu yang menjadi ciri khasnya, sama-sama new year pula. Keren... Namun, hal ini indah bagi manusia tapi bukan sesuatu yang indah bagi seekor anjing, si Terry alias Si Remot. Berkali-kali dia bangun gara-gara kembang api, ini kisahnya...

     Si Remot biasanya selalu tidur tenang tanpa gangguan malam-malam. Meskipun ada yang mengetuk jendela, tetap tidur, tidak diperdulikan, malang sekali nasib si pengetuk jendela itu. Kacang mahal.... Akan tetapi, malam ini bukan malam yang indah bagi Si Remot. Setiap ada bunyi "dor!" tubuhnya sedikit tersentak. Kalau bunyinya terlalu keras, kedua telinganya tegak, dia bangun sambil duduk dan melihat ke sekitarnya, "Siapa sih yang ganggu tidur gue malem-malem...?" Bagi manusia bunyi "dor!" adalah surprise, tetapi bagi dia sama dengan surprise attack. Tidak hanya itu, ternyata setiap kembang api dinyalakan, bagi dia benar-benar wangi aromanya, sepanjang jalan penuh dengan aroma asap kembang api. Theme song: Hao Xiang. Kalau misalnya dilepas, dia pun tidak mau keluar dari tempat tidurnya berupa teflon tempat makannya, apalagi keluar dari kandang. Seandainya dia keluar, dia sembunyi di bagian pojok tembok sambil meratapi nasibnya di malam hari.

http://kylierichardson.com/fireworks-safety/
     "Kapan malam ini berakhir???" pikirnya. Sayangnya itu tidak cukup satu hari. Yaa, mungkin sekitar tiga sampai empat hari masih banyak terdengar letusan kembang api. Malangnya Si Remot, apa kalau dia ulang tahun dibelikan headphone supaya dia bisa mendengar lagu Firework yang enak itu daripada "Dar, Der, Dor! Remot dan Kembang api." Begitu terdengar lebih dari lima kali letusan kembang api yang suaranya begitu membahana, saya usil keluar pintu dan mencari siapa yang meletuskan kembang api itu. Endus, endus.. dimana-mana bau asap ayam bakar, maksudnya kembang api. Ter-nya-ta si tetangga seberang yang berulah. Dia sedang memegang selongsong atau tube atau apalah itu namanya, ada percikan-percikan api di atasnya. Tiba-tiba percikan itu terbang ke atas dalam bentuk seperti gumpalan api dan "dor!" kilauan warna-warni menghiasi langit malam yang gelap. Kemudian saya pergi ke kamar belakang, ternyata bunyi "dor!" juga, "Loh? ini ulah siapa?!"

     Ketika mendengar baik-baik, dari arah depan ada suara letusan, semakin lama semakin kecil suaranya. Tiba-tiba bunyi itu terdengar lebih besar dari arah belakang. Oh ter-nya-ta, kembang api si tetangga itu dilontarkan ke rumah ini! Dasar tetangga bandel.! Mau ajak perang kembang api? Ayo sini! Bedanya di sini mesiunya kembang sepatu (sepatu bekas betulan), bukan kembang api. Dilontarkan ke langit dan menghiasi halaman rumahmu. "Lihat kebunku, penuh dengan sepatu bekas..." Ya, itu tidak mungkin dilakukanlah, terlalu parah... Mau memindahkan si Remot ke belakang juga percuma, dimana-mana "dor!" malangnya Si Remot. .. Biasanya dia yang mengejutkan tetangga dengan gonggongannya yang auuu auuu itu, sekarang dia yang kena batunya. Seandainya dia juga bisa menikmati kembang api, pasti lebih seru. Siapa tahu ketika meletus "dor!" dia malah melolong, itu kan sesuatu yang unik, mungkin itu jadi horror bagi tetangga yang suka film horor. Kalo makanan saat imlek dia bisa ketagihan, tetapi kalau kembang api.... hmm...?