Akhirnya selesai juga kuliah semester ke-5 ini. Rasanya benar-benar lega bisa menyelesaikan seluruh ujian dan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak dan berat. Rintangan terbesar semester ini adalah kembali melakukan penelitian secara berkelompok dalam satu semester. Meskipun ini penelitian kecil, tentu tidak mudah untuk menjalankannya, apalagi bagi seseorang yang masih belum terbiasa. Salah satu hal terpenting dalam tugas kelompok adalah koordinasi antara anggota. Apabila koordinasi berjalan dengan baik, tugas dapat selesai tepat waktu dan memuaskan. Jika koordinasi itu buruk, mungkin saja tugas tidak selesai tepat waktu dan tidak menjadi seperti apa yang diharapkan.
Oleh karena begitu banyaknya tugas dan ujian, maka penelitian ini dirancang lebih awal agar dapat lebih cepat menyelesaikannya. Ketika kelompok sudah mulai menjalankannya, tiba-tiba ada salah satu teman sekelas yang meminta untuk masuk ke dalam kelompok. Dia memberikan alasan disuruh oleh dosen untuk bergabung dengan kelompok lain, sehingga kelompok menerimanya dan memberinya tugas-tugas. Setiap tugas yang diberikan tidak pernah selesai tepat waktu, akibatnya seluruh kinerja kelompok terhambat karena ulahnya, Selesai terlambat tidak masalah, tetapi saat melihat hasil kerjanya seakan-akan separuh nyawa melayang, hampir tidak ada yang dapat dikatakan ketika melihat kinerjanya. Bahkan tugas-tugas lainnya pun tidak dikerjakan, sehingga anggota kelompok lainnya terpaksa menggantikannya. Sebut saja namanya Mr.X. Hanya ada pilihan tugas selesai atau tidak dan mau lulus atau tidak. Ketika ditanya mengapa tidak mengerjakan, dia pun berbohong dengan memberi alasan lain dan seakan-akan mengadu domba anggota-anggota kelompok.
Untungnya sudah terjalin hubungan yang baik antaranggota, jadi tidak langsung tersulut emosi. Berkat kerja keras dan keringat seluruh anggota, akhirnya tugas itu selesai pada waktunya. Semua anggota kecuali si Mr.X itu berpikir perkara sudah selesai, saatnya melanjutkan hidup. Beberapa hari setelah pengumpulan tugas, dosen menelpon seorang anggota kelompok untuk mengkonfirmasi siapa saja anggota kelompok dan siapa saja yang bekerja. Nah, perkara baru pun muncul. Ternyata ada salah seorang kakak kelas yang mengaku sekelompok dengan Mr.X, itu berarti sekelompok dengan kelompok tadi. Hm... sejak awal dia tidak meminta sekelompok, berkomunikasi juga tidak pernah, masih berani "menumpang nama" dan TIDAK bekerja sama sekali? Sudahlah tidak perlu dipikirkan lagi, semester ini sudah selesai. Cukup jadikan ini pelajaran untuk ke depannya. Lain kali kalau ada yang minta sekelompok, kelihatannya harus observasi perilaku kerjanya dahulu ditambah wawancara orang-orang yang pernah sekelompok dengannya. Kalau perlu berikan dulu USM (Ujian Saringan Masuk). Dengan demikian, kita dapat melakukan tindakan pencegahan (menyiapkan strategi spesial untuk siapapun seperti mereka berdua) atau P3K (Pertolongan Pertama Pada Kelompok alias plan B). Jangan lupa juga hubungan dengan para anggota kelompok juga harus dijalin dengan baik agar dapat saling percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar