Kamis, 10 Januari 2013

Si Pelit Vs. Si Kutu Buku

     Kembali bernostalgia semasa semester 2.... Di semester 2 kami diwajibkan untuk mengambil mata kuliah antropobiologi dengan judul buku wajib "Evolutionary Psychology". Harga bukunya memang mahal mencapai ratusan ribu rupiah ditambah sebagian besar isinya hitam putih. Tentu ini keliatannya sangat memberatkan bagi si pelit, dia harus mengeluarkan uang lebih untuk buku hitam putih. Secara sekilas memang buku ini sulit dipahami, tetapi apakah si pelit sudah menilai seluruh konten dalam buku ini???

      Kebetulan temannya si pelit adalah seorang kutu buku. Dia gemar membaca buku, terutama pada saat liburan. Selama kuliah dia menghabiskan waktu untuk membaca buku pelajaran, tetapi saat liburan tiba, buku-buku lain pun siap disantap. Selama di kelas, belum ada mahasiswa yang berhasil menyajikan materi buku ini dengan ringkas dan mudah dipahami. Alhasil, presentasinya pun menjadi berbelit-belit, salah menerjemahkan, dan "ribet" alias "rempong". Si kutu buku ini penasaran dengan buku itu, "Masa sih buku ini bisa bernilai ratusan ribu kalau memang jelek?" pikirnya. Akhirnya dia pun mengambil buku yang sama dari lemarinya dan mulai membacanya. Setelah membaca tiga bab, dia menemukan sesuatu yang menarik! Psikologi evolusioner atau antropobiologi tidak hanya membahas bagaimana manusia berevolusi secara fisik seperti evolusi kera menjadi manusia (teori Darwin). Manusia juga mengalami perubahan dalam hal kognisi, perilaku, dan lain-lain. Perubahan itu dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan darimana asalnya perilaku manusia yang sekarang dan bagaimana prosesnya. Tentu saja penting bagi si kutu buku dan si pelit yang sama-sama kuliah di Fakultas Psikologi. Psikologi pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari proses mental dan perilaku manusia, sehingga materi ini dapat dikatakan penting untuk memperkaya pemahaman teori psikologi lainnya.
       Buku ini memang berbahasa Inggris, bagi anak semester 1 dan semester 2 bahasa ini masih dianggap "bahasa Dewa". Mereka masih beradaptasi dengan buku-buku berbahasa Inggris dan memang tidak mudah. Namun, bagi mahasiswa yang sudah mencapai semester 5 seperti si pelit dan si kutu buku, mereka sudah mulai terbiasa. Sebenarnya tidak mustahil bagi mereka untuk mencari esensi dari buku itu. Pertanyaannya, mau atau tidak? bukan bisa atau tidak? Bukankah begitu? Sebuah buku tidak hanya dilihat dari tampilannya, seperti sampul, warna, dan kualitas kertas. Sebuah buku juga dapat dinilai dari materi yang dimuat di dalamnya. Bahkan karena esensinya, penampilan sebuah buku bisa diabaikan. Andaikan kita memasak sebuah hidangan. Hidangan yang kita buat terlihat biasa saja. Ketika dicicipi rasanya dapat melebihi hidangan hotel bintang 5. Jangan hanya menilai buku dari tampilan luarnya, lihat juga esensi yang terkandung di dalamnya untuk menemukan keindahan buku itu. Mau jadi si pelit atau si kutu buku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar