Rabu, 06 Februari 2013

Panik Overdosis

Moyz terkenal dengan julukan "kucing malas" saat berada di kampus, khususnya kalau diajak pergi ke tempat jauh. Fordo dan Alvonso adalah salah dua orang temannya yang mengajak Moyz bermain di rumah DJ saat liburan. Masalahnya bukan tidak suka dengan manusianya, tetapi dengan rumahnya yang jauh. Kalau diibaratkan rumahnya itu Paris versi Jakarta alias "jauh bangetssss....." Rupanya Moyz ikut ke rumah DJ, ini menjadi kejutan bagi Fordo dan Alvonso yang sedang camping di rumahnya. Hampir sama dengan game, ini seakan-akan event langka dalam sebuah game yang hanya bisa diakses pada waktu tertentu. Bagaimana kelanjutan ceritanya?

     Sesampainya di rumah DJ, Moyz membuat Alvonso terkejut dengan kedatangannya yang misterius. Sayangnya sosok makhluk besar nan mengerikan muncul dari balik pintu dan mengejutkan Moyz. Jika Moyz tipe orang yang "blak-blakan", dia pasti sudah mengeluarkan kata "Godzilla!!!" Untungnya tidak sampai seperti itu, sosok besar misterius di balik pintu itu adalah Fordo. Moyz sama sekali tidak tahu bahwa Fordo juga menginap di rumah DJ bersama Alvonso. Rupanya Alvonso harus mengisi jadwal kuliahnyadan teman-temannya secara online, sehingga perang antara Moyz dan Fordo ditunda dulu. Moyz hanya duduk diam sambil menonton Alvonso mengisi jadwalnya. Alvonso bertindak sebagai navigator, Fordo sebagai operator komputer, dan DJ sebagai pemandu sorak. "Cetarrrrr sekali!!!" Suasana pengisian jadwal benar-benar "hebring, ricuh gemuruh, sesuatu!" Mereka bertiga berteriak-teriak, seakan-akan mengeluarkan mantra supaya mendapatkan kelas yang diinginkan Alvonso. Bukan hanya mantra untuk kelas, staf fakultas yang mengoordinasi sistem pengisian jadwal pun juga dikenakan mantra karena sulit dihubungi di saat-saat genting. Aduh, aduh, benar-benar seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ) seruan mereka itu. Teriakan mereka semakin membahana ketika listrik padam seketika sementara Alvonso juga memliki misi untuk mengisi jadwal teman-temannya. "AAAAARRRGGGGHHHH!!!! Kacau! Kacau! Kacau!! Napa sih komputer pake mati segala, uda tau orang masih isi jadwal!!!!" teriak Alvonso kepada komputer. "Lampunya mati, pinterrr...." ujar DJ si tuan rumah yang sedang duduk di sebelah kanannya. Komputer hanya sebagai tokoh yang dimanfaatkan, tetapi sekarang juga dimarahi, kasihan... Tuan rumah diperintah Alvonso untuk memeriksa mengapa listrik padam sambil berjalan ke sana ke mari tanpa tujuan yang pasti. Dengan santai, Fordo bertanya kepada Alvonso, "btw, temen-temen lu kan minta diisiin, lu uda tau passwordnya kan?"; "Hah? Password apaan?" tanya Alvonso; "Account lu! Account lu! Pinter kalo lu ga tau..." ujar DJ. Alvonso sangat terkejut, lalu dia berteriak-teriak sambil mencari handphone (HP). "Ada yang pake tri ga?" seru Alvonso. "gueeee!!!!" teriak Fordo. HP Fordo pun dipinjam selama 37 menit dan digunakan untuk menelpon teman-temannya.

     Satu per satu temannya dihubungi dan dimarahi karena mereka meminta tolong Alvonso mengisi jadwal tetapi tidak memberikan password. Tidak ada password, jangan harap bisa masuk ke dalam akun dan mengisi jadwal, singkatnya demikian. Moyz masih menonton untuk melihat kelanjutan ceritanya karena dia bingung apa yang bisa dilakukan sementara ketiga temannya panik overdosis. Kalau dia juga campur tangan untuk membantu Alvonso, hasilnya bukan jadwal kuliah, tetapi jadwal membuat rujak alias kacau balau. Anehnya, mereka bertiga sama sekali tidak menenangkan diri, sehingga suasana semakin panas. "Bisa-bisanya ngisi jadwal panik sampe segini, perasaan waktu gue ngisi tetep cool aja." ujar Moyz kepada DJ yang sedang bingung. "Ginilah suasana rumah gue kalo lagi isi jadwal, hectic semua, hehehehehe" ujar DJ. "Udah rempong tambah rempong, hebring lu smua......" ujar Moyz, DJ pun hanya tertawa. Akhirnya setelah beberapa menit tidak sampai satu jam, listrik menyala. Alvonso yang tadinya marah-marah kepada komputer, sekarang bersorak ria di depan komputer. Dia pun kembali masu ke situs untuk mengisi jadwal. Ketika dihadapkan dengan pengisian jadwal, dia pun kambuh. Kembali berteriak-teriak bersama DJ dan Fordo di depan komputer. Apabila ceritanya menonton bola masih wajar berteriak-teriak, ini pengisian jadwal ekstra panik. Moyz lebih memilih untuk menonton mereka daripada campur tangan. Dua tangan saja sudah rumit, tiga semakin dahsyat, empat tangan sama dengan cetar! Membahana! Badai! Pengisian jadwal kuliah pun selesai, mereka kembali normal. Normal bukan berarti diam, tetapi malah tetap ricuh gemuruh masalah lain. Moyz pun mendapat sesuatu dari tontonannya... Panik boleh-boleh saja, tetapi dosisnya juga harus diperhatikan. Kalau overdosis sama saja game over, malah yang muncul adalah masalah baru. Karena kita panik, diri sendiri dan orang lain juga ikut terganggu. Panik sedikit itu wajar, kalau bekerja tanpa tekanan hasilnya terlalu santai dalam bekerja. Hal terpenting di sini adalah mengendalikan diri sebelum diri yang mengambil kendali dari kita. Saat lebih tenang (sedikit kepanikan), tekanan akan lebih ringan, kemungkinan untuk bekerja secara produktif semakin besar. Akan tetapi, jangan terlalu tenang seolah tidak ada beban. Kalau terlalu santai, kapan selesai kerjanya? Bagaimana dengan proses dan hasilnya? Sesuai perencanaan dan targetkah? Bagaimana dengan tanggung jawab yang dimiliki?

Panik dapat diibaratkan sebagai makanan bersantan yang lezat.
Dalam kadar yang wajar, terasa enak sekali, kalau berlebihan "eneg", bukan enak.

"Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan karakter itu hanya kebetulan dan tanpa ada unsur kesengajaan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar