"Cinta" sering sekali diangkat menjadi tema lagu, novel, atau film, terutama sinetron. Bahkan produksi sinetron sampai membuat 7 season atau lebih hanya untuk mengekspos fenomena ini. Jantung berdebar, keluar keringat dingin, rasanya jiwa terpisah dari tubuh, hati berbunga-bunga, dan lain-lain selalu dideskripsikan dalam sebuah tayangan atau bacaan. Ini dikatakan sebagai "jatuh cinta" oleh masyarakat Indonesia, salah satu komponennya "sexual attractiveness" atau ketertarikan seksual. Rasa tertarik pada orang lain umumnya diilustrasikan gambar hati yang terpanah, menandakan jatuh cinta. Namun, bagaimanakah panah itu mampu menembus hati seseorang? Hati itu organ dalam tubuh manusia, panah adalah senjata. Kasihan sekali orang yang terkena panah itu. Bukan ini maksudnya, berbicara mengenai "hati" berarti "perasaan" seseorang khusus dalam konteks ini. Terdapat berbagai komponen yang dapat membuat hati ini terpanah, misalnya wajah, gerakan berjalan, dan suara. Selain itu masih ada androstenon versus feromon, hormon yang memengaruhi penciuman manusia untuk tertarik pada lawan jenis tertentu atau tidak.
Gerakan saat seseorang berjalan juga dapat berkaitan dengan ketertarikan seksual. Coba kita perhatikan, kalau perempuan berjalan seperti sedang menari, gerakan pinggul dapat terlihat jelas. Sedangkan pria berjalan lebih tegak, gerakan pinggulnya tidak begitu terekspos seperti gerakan wanita. Namun, pada saat keduanya diminta berjalan untuk menilai sebarapa seksinya mereka (diberi tahu).... Gaya berjalan mereka pun berubah! Wanita menggerakkan pinggulnya lebih intensif dari sebelumnya, sedangkan pria cenderung mengepalkan tangannya saat berjalan dan lebih tegak. Ada apa gerangan? Rupanya gerakan-gerakan demikian yang digunakan untuk memikat lawan jenisnya. Setiap spesies memiliki kecenderungan untuk memikat lawan jenisnya dengan cara yang khas. Misalnya seekor burung merak jantan memamerkan keindahan ekornya untuk memikat burung betina. Ada juga yang beradu kekuatan untuk memenangkan hati sang betina. Pada manusia, hal ini dapat dilakukan melalui gaya berjalan, sehingga merupakan kecenderungan bagi manusia juga.
Faktor-faktor di atas akan membuat seseorang merasa senang berada di dekat pasangannya, juga dapat merasakan kenikmatan seksual. Akan tetapi, keunikan manusia adalah manusia memiliki "komitmen" dalam sebuah hubungan cinta. Ketika sudah menikah, manusia memang tetap memiliki kecenderungan untuk mencari yang lebih, lebih, dan lebih baik. Maka pertanyaannya, bagaimana karakteristik dari hubungan yang sampai bertahun-tahun lamanya? Manusia dapat memilih untuk tetap bersama pasangannya atau meninggalkannya untuk berdampingan dengan pasangan baru. Kecenderungan manusia dari jaman purbakala sampai sekarang itu "pria mencari wanita yang dapat memberikan keturunan", sedangkan "wanita mencari pria yang dapat menyediakan sumber daya dan bertanggung jawab." Idealnya tidak ada istilah ingin memiliki keturunan, tetapi pemberi keturunan disia-siakan. Tanpa dia, tidak ada keturunan. Itulah komitmen, berupa keputusan untuk tetap menyediakan sumber daya dan tetap bertanggung jawab pada pasangan serta memberikan keturunan. Pada awal hubungan cinta, komitmen mungkin belum benar-benar kuat, masih berupa rayuan "aku cinta padamu, aku terima kamu apa adanya." Umumnya pada awal hubungan, rasa dekat dan gairah itu lebih dominan dari komitmen. Namun, seiring berjalannya waktu, pasangan akan saling belajar untuk tetap mempertahankan hubungannya melalui komitmen. Cinta dapat tumbuh dari ketertarikan seksual, tetapi cinta hanya dapat dipelihara dengan komitmen antarpasangan.
"Love does not begin and end the way we seem to think it does. Love is a battle, love is a war; love is a growing up."
(James A. Baldwin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar