Minggu, 09 September 2012

Unity

     Siapapun, dimanapun, dan kapanpun ada saja yang membanding-bandingkan sesama teman, anggota keluarga, rekan kerja, dan sebagainya. Pengalaman ini sebenarnya sudah sangat lama, tetapi tetap saja terjadi sampai sekarang. Hal itu pun juga terjadi pada teman kita yang bernama Al. Suatu malam Al ingin meminjam kamar belajar untuk mencicil belajar untuk kuis sekaligus mengerjakan tugas. Pada saat yang bersamaan ayahnya sedang santai tidur-tiduran di dalam sana, padahal Al sudah mempersiapkan segalanya di meja untuk belajar. Ayahnya pun berbicara, "Belajar ya belajar aja, apa urusannya sama gua?" Al hanya berdiam sambil berbicara dalam hati, "Belajar sih belajar, gimana mau belajar kalo papa masih di sini tidur plus nyanyi sambil tidur alias ngorok...plisss deh" Al sudah menyampaikan pada ayahnya berulang-ulang bahwa dia tidak suka belajar jika ruangannya berisik dan tidak ditinggal sendirian di dalam ruangan. Ayahnya hanya diam setiap kali hal itu disampaikan dan tetap melakukan apapun yang menurutnya menyenangkan seperti tidur di ruangan ber-AC, menonton TV, membaca koran/buku, dan lain-lain di ruangan itu.
     Seandainya membalas ucapan anaknya, hanya menjawab "Gua bisa-bisa aja tuh belajar. Lu mau belajar, belajar aja di sini". Ayah Al tidak menyadari bahwa dirinya dan anaknya sangat berbeda. Ayah bisa belajar dalam kondisi berisik dan ada orang, sementara Al lebih suka sendirian saat belajar. "Mungkin saja meskipun ada suara petir ditambah suara piring terbang di dapur papa tetap bisa belajar", pikir Al. Setiap orang itu unik, memiliki karakter yang berbeda-beda satu sama lain dan tidak dapat disamakan, begitu pula dengan ayah dan anak ini. Mereka memang memiliki hubungan darah ayah-anak, tetapi karakter mereka berbeda. Anggapan bahwa "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" tidak sepenuhnya benar, karakter anak belum tentu hampir sama dengan orangtuanya. Hal itu merupakan asumsi secara biologis, tetapi bagaimana dengan faktor lingkungan? Siapa saja yang berinteraksi dengannya? Seperti apa karakter masing-masing orang dalam pergaulannya? Siapa tahu lingkungan sosial Al adalah kutu-kutu buku yang hobinya bersarang di perpustakaan dan selalu menyukai ketenangan saat membaca. Atau barangkali di sekolahnya dulu guru-guru wali kelas selalu menuntut suasana yang tenang dalam belajar. Hal-hal itu mungkin yang membuat Al lebih menyukai ketenangan daripada suasana yang kurang tenang, sehingga menjadi tidak sama dengan ayahnya.
     Al dan ayahnya sama-sama kutu buku pada dasarnya, hanya saja berbeda selera dalam suasana ruangan favorit. Perbedaan memang membuat mereka terkesan kurang akrab, bertentangan, tidak cocok, bla bla bla. Padahal mereka memiliki persamaan juga (sama-sama kutu buku). Hubungan ayah-anak ini telah menunjukkan kepada kita bahwa perbedaan adalah sesuatu yang lazim. Persamaan yang menyatukan kita, perbedaan adalah pelengkap dalam sebuah hubungan. Melalui perbedaan, kekurangan-kekurangan seseorang seakan-akan tertutup. Misalkan Al yang lebih suka keheningan, dia lebih unggul dalam menghadapi situasi yang membosankan karena sudah terbiasa. Sehingga dia mampu membuat orang-orang di sekitarnya tetap merasa nyaman di dalam lingkungan sepi sekalipun. Hanya pada saat-saat demikian saja Al dan ayahnya paling sering bertentangan. Akan tetapi di luar itu mereka akrab, mereka seringkali ke toko buku dan mengumpulkan buku-buku, bermain dengan hewan peliharaan, bergantian memakai komputer, dan lain-lain.

Persamaan menyatukan kita,
perbedaan mewarnai hubungan kita.


2 komentar:

  1. Paragraf 2 baris 4 dari bawah.
    Setelah tanda titik tidak boleh ada kata 'atau'; 'dan'; 'karena' dll.

    BalasHapus
  2. oh gitu, baru tau. thanks kritiknya

    BalasHapus